Sementara Robby hidup bagai raja, keluarganya hidup di ujung jurang. Sepeninggal Robby, Etha merasa seakan langit runtuh menimpanya. Betapa tidak, tak hanya ditinggalkan suami, Etha juga dikucilkan keluarga besarnya. ”Papa saya marah besar, lalu memberi pilihan berat, Bawa ketujuh anakmu biar Robby yang urus dan kamu kembali ke keluarga. Kalau tidak, keluarga besar ga mau tahu urusan kamu dan anak,”’ kisah perem-puan kelahiran 27 Mei 1953 itu.Pilihan yang amat berat. Namun, Etha memilih mempertahankan anak-anaknya. ”Bagi saya, anak-anak bukanlah hanya hasil hubungan suami isteri. Mereka adalah titipan Tuhan. Saya harus menjaga betul kepercayaan Tuhan ini,” tutur Etha tegas. Jadilah, episode pedih, kehidupan Etha ber-sama anak-anaknya dimulai.Etha tak mau lama-lama berkubang dalam kesedihan. Baginya, nasib tak perlu diratapi. Masalah harus segera diha-dapi. Di depannya ada tujuh anak yang harus dihidupi. Ia segera bergerak. “Awalnya saya tidak tahu harus memulai dari mana. Karena saya adalah ibu rumah tangga lulusan SMA yang tak punya keahlian khu-sus. Tapi, saya punya punya prinsip: apa yang orang bisa pasti saya bisa,” ujar perempuan yang besar di Papua itu.Ia tanggalkan gengsi sebagai isteri mantan artis terkenal. Ia datangi teman-teman untuk menawarkan jasanya. Entah itu mengurus paspor, SIM, perpanjangan STNK, dll. Tak hanya itu, ia juga masih sempat membuat dan berjualan kue. Menjual baju dengan cara kredit pun dilakoninya. Prinsipnya, ia harus bergerak demi anak-anak. Hasil yang ia dapatkan sehari harus bisa mencukupi kebutuhan selama tiga hari.
ANAK – ANAK STRES