Kendati sudah bekerja keras membanting tulang, kondisi ekonomi keluarga mereka tak kunjung membaik. Kebutuhan makin meningkat,sementara uang makin susah didapat. Etha mulai putar otak. Ia ingin mendapatkan uang dengan cara mudah. Mungkinkah? Ah, ia melihat dirinya di cermin. Di sana ada sosok perempuan muda yang punya daya tarik kuat. Kendati dari rahimnya sudah lahir tujuh anak, perempuan itu tetap cantik dan menarik. “Jika lu butuh uang, telpon gue. Gue akan carikan lu kerjaan,” terngiang kembali ucapan sang teman beberapa waktu lalu. Etha tahu persis pekerjaan yang dimaksud sang teman. Rasanya, tak sudi ia menjalaninya. Tapi, ia harus berhadapan dengan kenyataan. Ia butuh uang untuk menghidupi anakanaknya. Etha melangkah ke telepon umum. Tangannya memutar sejumlah nomor. “Aku butuh pekerjaan, tolong carikan aku bos ya,” katanya gemetar. Etha sadar, ia tengah menjerumuskan dirinya sendiri. Namun, tak ada pilihan lain. Malam itu, Etha gelisah. Batinnya berperang. Sebagian melarang ia melakukan itu. “Kau ini tak punya harga diri!”. Sebagian lain, mendukungnya. “Ayolah, ini kesempatan bagus. Anak-anakmu butuh uang.” Pagi datang. Saat hendak bangun, ia mendapati kasur penuh dengan darah. Etha mengalami pendarahan hebat. Suatu hal langka yang tak pernah dialami sebelumnya. “Kalau pun saya menstruasi biasa gak gitu-gitu amat,” kenangnya. Ia lalu menelpon temannya, menceritakan kejadian itu. “Ah, lu stres aja kali,” begitu komentar sang teman. Maka, janji hari itu pun batal. Sebulan kemudian Etha kembali meminta pekerjaan pada sang teman. Namun, kejadian itu terulang kembali. Lagi-lagi Etha mengalami pendarahan. Bagi Etha, kejadian itu adalah sebuah teguran keras dari Tuhan. “Sejak itu, saya tidak berani melakukan itu. Jangankan melakukan. Bicara saja, saya udah takut,” ungkapnya. Jadilah, Etha kembali mencari uang dengan cara yang diperkenankan Tuhan.
DOA TAK KUNJUNG PUTUS