Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
Semangat, dan kekuatan, dan penghiburan hidup rohani kita sangat bergantung pada tindakan mematikan perbuatan kedagingan.
10 MEI
Jika oleh Roh kamu mematikan
perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
Roma 8:13
Orang-orang percaya pilihan, yang terjamin bebas dari kutukan dosa, tetap berkewajiban untuk mematikan kuasa dosa yang menumpang di dalam dirinya setiap hari.
“Mematikan dosa” adalah istilah metaforis yang berarti mematikan apa pun yang sebelumnya hidup.
Mematikan apa pun yang sebelumnya hidup berarti melenyapkan pokok utama kekuatan, tenaga, dan kuasanya, sampai dosa tidak dapat berkutik lagi.
Dosa yang menumpang dapat disebut sebagai “manusia lama,” dengan segala kemampuannya, kepemilikannya, kecerdikannya, kelicikannya, keruwetannya dan kekuatannya.
Menurut Rasul Paulus, ini harus ditumpas, dibuat tidak berkutik, dimatikan melalui Roh Kudus.
Dosa harus dimatikan sepenuhnya dengan mengandalkan karya Kristus yang mati disalib, sehingga “diri lama” kita dikatakan “telah turut disalibkan” dengan Kristus (Rm. 6:6).
Hal ini dimulai dengan kelahiran baru (Rm. 6:3-5), ketika prinsip yang berlawanan dengan dosa, dan yang bersifat menghancurkan dosa, ditanam di dalam hati kita (Gal. 5:17).
Selanjutnya keseluruhan karya ini disempurnakan secara bertahap sepanjang masa hidup kita.
Dengan demikian, ini merupakan kewajiban orang percaya untuk terus menerus mematikan dosa yang tersisa di dalam tubuh jasmaniah yang fana ini, agar dosa tidak lagi hidup dan mempunyai kekuatan untuk memunculkan perbuatan-perbuatan kedagingan.
Upah bagi pelaksanaan kewajiban ini adalah janji: “Engkau akan hidup.” Barangkali janji ini bukan hanya berarti kehidupan kekal, tetapi juga kehidupan rohani yang sudah dinikmati sekarang oleh orang percaya, seperti kesukacitaan, penghiburan, dan kekuatan dari kehidupan itu, sebagaimana dikatakan oleh rasul di bagian lain: “Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan” (1Tes. 3:8).
Semangat, dan kekuatan, dan penghiburan hidup rohani kita sangat bergantung pada tindakan mematikan perbuatan kedagingan.
Karena dosa tidak pernah diam sekalipun ia tampak tenang, terutama di tempat-tempat yang dalam airnya, karena itu perlawanan kita haruslah segigih mungkin setiap saat bahkan pada saat kita tidak menaruh curiga sedikit pun akan bahayanya.
John Owen (1616-1683), Works, VI:5-11
131