BERSUKACITA KARENA PERCAYA

Kerohanian873 Views
Spread the love

Johannes 9:35-41

Hukum sebab akibat bisa menjadi cara bagi orang untuk mengaitkan perbuatan yang dilakukan dengan hasilnya. Mendefinisikan bahwa apa yang terjadi adalah akibat dari perbuatannya, konsekuensi logis antara sebab dengan akibatnya, atau yang sering kita dengar dengan istilah “tabur-tuai”.

Pemahaman seperti ini juga terlihat dalam pikiran para murid Yesus. Mereka mempertanyakan siapa yang bersalah saat mereka melihat pengemis yang buta sejak lahir itu. Yesus memberi penjelasan, kadang Allah mengizinkan keadaan seperti itu agar pekerjaan-Nya dinyatakan. Pernyataan itu dibarengi dengan belas kasih Yesus yang menyembuhkan pengemis buta.

Sebagaimana diri-Nya adalah Terang dunia, Yesus memberikan terang kepadanya. Berita pemulihan itu menjadi tersebar. Responsnya beragam, ada yang menerima, ada juga yang menolak. Orang-orang Yahudi dari golongan Farisi menolak kesembuhan itu dengan menganggapnya sebagai perbuatan yang melanggar Sabat; namun, sebagian lagi menganggap bahwa mukjizat itu tidak dapat dilakukan oleh orang berdosa. Sementara itu, orang yang telah disembuhkan yakin bahwa Yesus adalah seorang nabi.

Orang Farisi secara fisik tidak buta, tetapi mata batinnya buta. Mereka buta dalam arti bahwa mereka tidak melihat siapa Yesus itu, dan dengan semua yang Yesus sudah lakukan, mereka tidak juga mengenal Yesus. Yesus berduka atas kebutaan mata rohani mereka. Orang-orang yang menghabiskan begitu banyak waktu untuk mempelajari hukum Tuhan, tetapi tidak dapat melihat Yesus penggenapan hukum Taurat.

Apakah kita seperti mereka? Yesus mendatangi orang dikucilkan; orang yang dibuang. Laki-laki yang buta sejak lahirnya ini, tidak begitu peduli siapa atau bagaimana mujizat ini dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia disembuhkan secara penglihatan. Dia tahu bahwa Yesus, memberinya penglihatan, dan terlebih lagi dia percaya bahwa Yesus berasal dari Tuhan. Betapa saat itu Kerajaan Allah seperti terbalik! Kata Yesus,

“Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” (Yoh. 9:39).

Penulis Injil Yohanes menekankan identitas Yesus, sebagai Mesias, dan Anak Manusia, serta hakim yang memutuskan tentang nasib maupun dosa. Yesus secara radikal mengubah pandangan umum tentang doktrin, relasi sosial, dan identitas mesianik yang dinantikan bangsa Israel.

Yesus membarui konsep ketahiran, mendobrak hukum tentang hari Sabat, dan menggugat otoritas para pemimpin agama, serta karena menimbulkan keresahan Farise.

Amin.

Selamat hari Minggu!

NS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *