PRESISI

Kerohanian1238 Views
Spread the love

Shalom, selamat pagi dan selamat hari minggu kawan semua, kiranya Tuhan YMK memberkati , Amin

Renungan Harian TRUTH

Minggu,19 Maret 2023

     Sebenarnya, banyak kita yang dari hari ke hari masih banyak meleset, tetapi kita tidak peduli kemelesetan itu. Kita ceroboh, tidak benar-benar mempertimbangkan perasaan Tuhan. Semoga dengan firman Tuhan ini, kita bisa disadarkan. Sekecil apa pun tindakan itu, kita harus belajar memperkarakan dengan Tuhan, apakah presisi atau tidak. Kalau kita tidak memedulikannya, maka kita tidak menghargai jiwa kita. Jangan hanya melihat orang jahat di luar gereja yang benar-benar jahat, terverifikasi jahat berdasarkan hukum moral umum, sementara kita sendiri tidak presisi, tetapi tidak menyadari keadaan kita yang meleset.

     Iblis itu licik sekali. Dia bisa membuat pendeta kelihatan kudus, baik, tetapi suatu hari Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu.” Itu mengerikan sekali. Maka, jabatan pendeta bukan sesuatu yang dianggap bernilai tinggi. Yang bernilai tinggi adalah ketepatan kita dalam bertindak dan berperilaku. Pasti kalau kita punya ketepatan dalam bertindak dan berperilaku, kita bisa melayani Tuhan dengan baik. Di lingkungan pelayanan, sering kali ada yang tidak suka dengan orang lain lalu berusaha menyingkirkan. Sehingga, itu menjadi celah, menjadi pintu Iblis masuk. Oleh sebab itu, terhadap siapa pun, kita harus presisi.

     Kalau kita mengasihi jiwa kita, kita akan berusaha untuk berkenan kepada Tuhan dengan memilih ketepatan dalam bertindak. Karena, kita mau bersama dengan Tuhan di keabadian. Itulah satu-satunya bentuk mengasihi jiwa kita yaitu dengan mengusahakan hidup berkenan di hadapan Tuhan agar layak bersama dengan Dia. Selanjutnya, kita pasti berani mempertaruhkan apa pun untuk keselamatan orang lain. Itu baru real ministry. Bukan hanya mengadakan kebaktian di gereja, orang datang lalu diajak menyanyi, lalu pendeta bisa berdiri di mimbar dan berkhotbah. Itu menjadi panggungnya untuk beraktualisasi diri agar eksis. Itu bukan unsur dari Allah.

     Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan membiarkan mata kita melihat apa yang tidak patut. Bahkan hal yang bukan melanggar moral, melainkan yang sekadar tidak patut. Jika tidak berguna kita ketahui, lalu untuk apa? Tidak perlu kita lihat dan kita dengar. Juga, jangan membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita harus melihat Tuhan Yesus sebagai standar kekudusan kita. Bapa ingin kita berjalan dengan Dia, karena memang manusia dirancang sejak semula untuk berinteraksi dengan Allah.

     Orang yang meninggal dunia, tidak bisa memilih surga atau neraka, karena keadaan dirinya ketika hidup, sudah menentukan hal tersebut. Orang berdosa tidak akan bisa masuk surga; orang kudus tidak akan bisa masuk neraka. Ikan air laut tidak bisa masuk air tawar. Setelah meninggal, kita sudah tidak bisa memilih surga atau neraka, sebab kita sudah memilih sejak hidup di dunia. Kalau sekarang kita terus berjuang dan berusaha untuk presisi, artinya kita sedang memilih. Kita memilih bersama dengan Tuhan. Betapa Tuhan ingin kita bersama dengan Dia. Maka, Allah mengusahakan keselamatan itu dengan memberi Putra Tunggal-Nya, memberikan meterai Roh Kudus, Allah menuntun dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.

     Masalahnya, orang-orang yang diselamatkan ini apakah merespons keselamatan yang Allah berikan? Sekarang, kita harus memilih. Kalau mau “kebakaran jenggot,” jangan nanti waktu mau mati, di ujung maut saat sekarat, baru ketakutan dan kebingungan. Sekarang, setiap kali berbuat salah, kita sudah “kebakaran jenggot.” Seperti kehilangan damai, maka kita harus segera membereskannya di hadapan Tuhan. Jangan merasa tenang dan tidak ada apa-apa. Bagi orang-orang di luar sana atau orang-orang fasik yang tidak takut Tuhan dan hidup dalam dosa, jelas mereka tidak tahu apa yang baik untuk damai sejahtera mereka. Mereka membawa diri mereka kepada kebinasaan, membawa diri ke api kekal dan terpisah dari Allah.

     Apakah kita mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera kita? Jangan membuat perbandingan dengan mereka. Banyak orang tidak melihat ketepatan bertindak. Iblis begitu cerdik menyesatkan kita. Kita bisa berkata, “Kita beda dengan mereka. Mereka begitu jahat, pasti masuk neraka.” Ingat firman Tuhan: “Yang diberi banyak, dituntut banyak. Yang diberi sedikit, dituntut sedikit.” Tuntutan Tuhan untuk kita yang mengerti kebenaran sebagai umat pilihan, lebih berat. Kesucian dan ketepatan yang Allah tuntut kepada kita, berbeda dengan mereka.

     Analogi dengan anak usia 4 tahun yang bisa menghitung 1 sampai 10, itu sudah membahagiakan orang tua. Tetapi, yang dituntut oleh orang tua untuk anak yang usia 30 tahun, berbeda. Jangan menyakiti hati orang tua dengan tidak memenuhi tuntutannya. Kalau hamba-hamba Tuhan yang sudah puluhan tahun ikut Tuhan, kesuciannya harus luar biasa. Setepat-tepatnya, tidak ada dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Sedikit ketidakjujuran, sedikit ketidaktulusan, harus disadari lalu bertobat dan terus berubah. Ingat, bertobat itu berarti komitmen tidak mengulangi. Karena kelemahan, kita masih bisa melakukannya. Tetapi, Tuhan masih mau mengampuni. Itulah hebatnya. Jangan kita sia-siakan anugerah ini.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua, Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *