Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
Dosa sekecil apa pun mempunyai natur dosa di dalamnya, seperti setetas kecil racun tetaplah racun.
12 JUNI
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
Mazmur 119:71
Penderitaan membuat Firman Allah terasa manis. Di masa kemakmuran, sering kali kita tidak dapat melihat keindahan Firman-Nya.
Tatkala Allah membuat anak-anak-Nya kehilangan kenikmatan semu dunia, maka Firman-Nya menjadi begitu manis bagi selera kita!
Penderitaan juga memberi kita hasrat yang kuat untuk mencari jaminan sorgawi, terutama ketika bahaya mengancam jiwa. Kita dengan mudahnya merasa puas tatkala lilin sang Mahakuasa menyala terang di dalam hati kita dan kemakmuran serta kedamaian ada di sekeliling kita!
Pada masa ujian, jaminan pasti dari pengaruh Kristus dan kasih Allah bernilai hingga beribu-ribu dunia bagi kita.
Tidak ada saat yang lebih indah atau berharga selain saat ketika kita mampu bertahan terhadap api ujian di hari penghakiman Kristus.
Penderitaan juga mendekatkan jiwa ke dalam persekutuan yang manis dan intim dengan Allah.
Kemakmuran lahiriah menjadi penghalang utama persekutuan dengan Allah karena secara berlebihan kita menghamburkan afeksi kita demi harta benda fana, dan membiarkan benda-benda itu berada di antara Allah dan hati kita dan mengganggu persekutuan dua arah yang indah dan stabil itu.
Umat Allah lebih sering tersandung oleh kenyamanan yang diperbolehkan (tidak
melanggar hukum) karena perangkap ini tidak sejelas perangkap dosa-dosa besar.
Kita tidak terlalu waspada terhadap dosa-dosa kecil. Tatkala hati kita dibuai oleh kemakmuran, kita mengira dosa-dosa kecil tidak akan membahayakan, tetapi di sinilah kita menipu
diri sendiri.
Dosa sekecil apa pun mempunyai natur dosa di dalamnya, seperti setetas kecil racun tetaplah racun.
Dosa kecil menunjukkan penghinaan yang lebih besar kepada Allah karena tidak menghormati Dia demi sesuatu yang tidak penting (dalam anggapan kita), dan memancing ketidakperkenanan Allah hanya demi sedikit pemuasan nafsu.
Tetapi sekarang, penderitaan mematikan hasrat hati terhadap dunia dan menimbulkan kepekaan hati nurani terhadap dosa.
Penderitaan membantu kita untuk berdoa:
“Tuhan, Engkau menciptakan hatiku untuk diri-Mu, dan hati ini tidak akan pernah merasa lega sampai ía mendapat perhentian di dalam Engkau. Kembalilah, hai jiwaku, ke tempat perhentianmu!”
Thomas Case (1598-1682), Select Works, A Treatise of Aflictions, hlm. 32-39