Menyangkal Diri

Kerohanian814 Views
Spread the love

Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
Kecongkakan secara alami ada di dalam pembuluh darah kita, dan hal ini dibesarkan oleh kenyamanan dan kemakmuran.

24 MEI

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Matius 16:24

Kita adalah orang-orang yang sangat asing terhadap salib. Ketika tiba saatnya untuk memikul salib, kita meremehkan disiplin Tuhan, atau kita dibuatnya menjadi tidak berdaya.

Jika kesesakan kita sedang-sedang saja, kita cenderung untuk menganggapnya enteng, tetapi jika pukulannya sampai membuat kita berdarah, kita langsung menolaknya, dan kita mulai tak berdaya, dan menyuarakan dengan keras perasaan kita,
“Apakah ada kesusahan yang seperti kesusahanku?”

Penderitaan telah mendapat nama buruk di dalam dunia, tetapi tongkat didikan dan kasih Allah dapat secara bersamaan hadir.

Allah mendidik umat-Nya melalui penderitaan. la mengajar kita untuk berbelas kasihan terhadap sesama yang sedang menderita.

Kita cenderung tidak peka terhadap mereka yang sedang menderita tatkala kita merasa nyaman di Sion.

Tuhan juga mengajar kita untuk lebih menghargai berkat dari kenyamanan lahiriah, tetapi juga untuk semakin mengurangi ketergantungan terhadap hal-hal itu.

Hendaklah kita semakin bersyukur atas semua kemurahan itu dan semakin tidak mempan dijerat.

Selanjutnya, Allah mendidik kita dalam hal menyangkal diri dan tunduk dalam ketaatan kepada kehendak-Nya.

Di masa kejayaan, kita penuh keinginan diri, dan biasa nya kita malah memberi nasihat kepada Allah seakan-akan kita tahu cara membuat sesuatu menjadi lebih baik.

Kita mempersoalkan salib tatkala kita harus memikulnya.

Dengan belajar untuk mulai memikulnya sedikit, kita akan sanggup memikul lebih.

Kerbau yang belum terbiasa memikul kuk selalu tidak siap. Setelah terbiasa bekerja, ia dengan rela membiarkan kuk itu terpasang pada lehernya.

Allah melatih secara bertahap jiwa rentan yang telah dibentuk oleh kemakmuran kita. Dengan berbagai cara, Allah melatih anak-anak-Nya hingga terbentuk kerangka ketaatan yang indah.

Dengan panjang sabar, Allah membentuk ketaatan sampai: “Apa, kapan dan bagai-
manapun yang dikehendaki Allah; jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”

Akhirnya, kita dapat belajar tentang kerendahan hati dan kelembutan rohani.

Kecongkakan secara alami ada di dalam pembuluh darah kita, dan hal ini dibesarkan oleh kenyamanan dan kemakmuran.

Melalui penderitaan, kita mengenal keadaan hati kita. Allah berhasrat menumbuhkan kelembutan umat-Nya melalui penderitaan, setelah itu la akan melepaskan mereka dari penderitaan.

Thomas Case (1598-1682), Select Works, A Treatise of Afflictions, hlm. 5-27

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *