Shalom ✝️
Renungan Harian TRUTH
Selasa, 02 Mei 2023
Firman Tuhan mengatakan di dalam Matius 22:14, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Jadi, dari sekian banyak orang yang menjadi anggota gereja atau menjadi orang Kristen, belum tentu semua masuk surga.
Maka, kita juga bisa mengerti mengapa Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 9:25 mengatakan, “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”
Di sini Paulus bukan takut ditolak manusia. Sebab di ayat-ayat sebelumnya Paulus mengatakan, “Aku tak peduli bukan saja kepada orang. Aku juga tidak peduli dengan cara rasul-rasul lain.
Kalau rasul-rasul lain bisa mendapatkan nafkah dari pelayanannya. Aku, dengan tanganku aku bekerja untuk mencukupi kebutuhan.” Kita tahu bahwa Paulus membuat kemah untuk biaya pelayanan.
Seorang rasul memiliki kecemasan dirinya ditolak Allah. Maka, ia melatih tubuhnya. Di ayat ini, perjalanan hidup kita diilustrasikan sebagai orang yang ada dalam gelanggang pertandingan.
Semua peserta turut berlari, tetapi tidak semua menjadi juara. Hal ini memberikan semacam alarm bagi kita semua. Supaya kita jangan anggap sepele persoalan diterima dan ditolak oleh Tuhan. Sebab, banyak orang yang tidak peduli.
Banyak persoalan hidup yang kita gumuli, banyak kebutuhan hidup yang mendesak yang oleh karenanya kita menggeliat, melakukan berbagai aktivitas, sehingga kita bisa tidak memiliki fokus terhadap kehidupan kekal.
Padahal, justru itulah yang terpenting dan mestinya menjadi satu-satunya tujuan kita. Seperti Paulus mengatakan, “Aku bukan pelari yang tidak tahu tujuan. Aku berlari dengan tujuan.
Bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” Jadi, bukan aktif hanya dalam banyak kegiatan. Tetapi apa tujuan dari semua itu? Banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, yang disesatkan oleh dunia ini.
Di balik semua cara berpikir, filosofi hidup manusia, yang menciptakan lifestyle atau gaya hidup, ada kuasa kegelapan yang memang sengaja menggiring orang menuju kegelapan abadi.
Ironis, banyak orang tidak alert, banyak orang tidak waspada bahwa ia sedang digiring menuju kegelapan abadi. Banyak kegiatan, tetapi apa tujuan dari semua kegiatan tersebut? Jadi, kalau ibarat orang naik kereta, bukan cepatnya kereta itu, tetapi ke mana arah kereta tersebut.
Mari pada kesempatan ini, kita teduh, diam, dan merenung. Apa tujuan hidup kita? Kedengarannya ini filosofis. Sejatinya, ini prinsip hidup yang penting. Dan ini harus diingatkan terus kepada setiap kita, karena ada kecenderungan kita lupa.
Dalam aktivitas pelayanan yang begitu padat, kita bisa lupa apa sebenarnya tujuan pelayanan. Kita bisa terjebak dalam kebodohan. Kita hanyut dan terjebak dalam siklus rutinitas pelayanan sampai kita lupa, apa tujuannya. Apalagi kalau kita terpapar oleh virus materialisme.
Pendeta juga bisa terkena virus ini. Dunia kita hari ini sudah gelap. Banyak orang terbawa menuju kegelapan. Di Matius 7:21, Yang Mulia, Tuhan kita Yesus Kristus, berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”
Jadi, supaya tubuhnya jangan liar, jangan hidup dalam kedagingan, maka Paulus menguasai seluruhnya untuk kemuliaan Allah. Jangan sampai, dia yang sudah memberitakan Injil (baca: pelayan Tuhan) ditolak Allah.
Sebab di Matius 7:21-23 jelas dikatakan bahwa mereka yang ditolak oleh Tuhan Yesus adalah orang yang sudah mengusir setan, sudah mengadakan mukjizat, sudah bernubuat, sudah menyembuhkan orang sakit. Dengan kata lain, mereka yang berprestasi dalam pelayanan.
Namun, ternyata tidak jaminan ia diterima masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sebab yang masuk Kerajaan Surga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa. Maka, pelayanan yang digelar harus terfokus jemaat mengalami perubahan, pendewasaan rohani. Sampai diakui oleh Tuhan Yesus bahwa mereka telah melakukan kehendak Bapa.
Jadi, kalau ada dosa sekecil apa pun, harus kita akui. Lalu kita berjuang untuk tidak melakukannya lagi. Sekecil, sehalus apa pun kesalahan itu. Dan harus dalam ketekunan; menit ke menit.
Bukan hanya dari hari ke hari, namun dari menit ke menit, karena setiap menit kita bisa berbuat salah. Sampai kadang kita frustrasi karena masih salah. Kalau orang mengalami kondisi seperti itu, berarti prosesnya berjalan baik. Maka, lebih dari semua prestasi dalam hidup ini, melakukan kehendak Bapa adalah prestasi tertinggi kehidupan.
Pertanyaan bagi kita semua, sudahkah kita melakukan kehendak Bapa? Jika ya, seberapa kita sudah melakukan kehendak Bapa?
ALASAN KITA HIDUP ADALAH UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK BAPA.
Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua