Selamat pagi semua saudara dalam Kristus 🙏
Allah kita dapat melakukan hal yang tak terduga kepada kita demi pertumbuhan pengenalan akan pribadiNya kepada kita.
30 MEI
Karena tidak dengan rela hati la menindas dan merisaukan anak-anak manusia.
Ratapan 3:33
Ayat ratapan di atas menyangkut soal hati. Tidak dengan rela hati Allah menindas anak-anak-Nya; hal ini berlawanan dengan sifat hati-Nya.
Dia berduka jika mendukakan mereka; Dia merasa pedih ketika menghukum mereka, dan menghajar mereka menyerupai kematian bagi-Nya.
la tidak memiliki kecenderungan atau tabiat untuk menindas umat-Nya, “ganjil perbuatan-Nya itu” (Yes. 28:21).
Belas kasihan dan hukum-mengalir dari-Nya bagaikan madu dan sengat lebah.
Lebah menghasilkan madu secara alami tetapi akan menyengat jika diganggu.
Allah berkenan kepada kasih setia (Mi. 7:18), dan tidak suka membiarkan umat-Nya di dalam penderitaan (Hos. 11:8).
Kemurahan dan kebaikan-Nya mengalir secara bebas dan alami.
la tidak pernah garang atau kasar. la tidak pernah menyengat atau menakutkan, kecuali jika la diprovokasi dengan sengaja.
Tangan Allah mungkin menekan keras umat-Nya ketika hati-Nya menyayangi mereka (Yer. 31:18-20).
Tak seorang pun mampu menyelami keadaan hati Allah melalui tindakan-tindakanNya.
Tangan-Nya mungkin menekan sangat keras terhadap mereka yang dikasih-Nya, seperti Ayub dan Lazarus.
Oleh karena itu, jadilah tenang; tinggalkan gerutuan, sungut-sungut, keluh-kesah, kekesalan, dan panas hati, tetapi tutuplah mulut Anda.
Janganlah bersuara di bawah tekanan tangan Allah.
Hati nurani memulihkan dan menenangkan semua kemelut dan kegaduhan jiwa.
Renungkanlah akibat penderitaan yang menghasilkan rasa syukur, berkat, dan ketenangan jiwa.
Sama seperti Kristus menghardik angin ribut yang mengamuk “Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali” (Mat. 8:26) demikianlah biarkan hati nurani berbicara kepada jiwa:
Diamlah dan tenanglah; “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimul Ya, nantikanlah TUHAN” (Mzm, 27:14) dan “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia dengan sabar” (Mzm. 37:7).
Thomas Brooks (1608-1680), Works, I:304-305