Ciri dari orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah merasa kaya di dalam Tuhan. Ini bukan fantasi, sebab Allah bukan fantasi, tetapi realitas. Allah lebih kuat dari nuklir, Dia lebih berkuasa dari pejabat atau raja mana pun di bumi ini. Dia memiliki segala kekayaan yang tidak ternilai.
Jadi, kalau seseorang benar-benar percaya kepada Tuhan itu ditandai dengan merasa kaya di dalam Tuhan. Orang seperti ini, tidak akan minder ketika bertemu dengan orang kaya. Kalau dia melayani pekerjaan Tuhan, dia tidak akan mencari kekayaan, dia akan terus melayani dengan sungguh-sungguh sebagai kehormatan. Tentu percaya di sini haruslah percaya yang benar; artinya menyerahkan diri kepada Tuhan.
Penyerahan diri harus dimengerti dengan benar. Faktanya, banyak orang tidak tahu apa yang dimaksud dengan menyerahkan diri kepada Tuhan. Ketika seseorang di dalam kesulitan atau dalam ketidakberdayaan, ia berkata “Aku berserah kepada-Mu,” sebenarnya dia belum berserah.
Dia hanya minta campur tangan Tuhan. Kata berserah itu sebenarnya sebagai semacam intimidasi terhadap Tuhan; “Aku menyerahkan persoalan ini kepada-Mu, Tuhan dan Engkau harus tolong aku.” Orang yang berserah kepada Tuhan, tidak akan memaksa Tuhan untuk bertindak sesuai dengan apa yang diingininya. Sekalipun Tuhan tidak bertindak apa-apa, dia harus tetap bersyukur, sebab ia tidak boleh mengatur Tuhan.
Penyerahan adalah kesediaan untuk mengikut jalan Tuhan; artinya apa pun yang Tuhan perintahkan, kita lakukan dan apa pun yang Tuhan kehendaki, kita terima. Orang yang percaya kepada Tuhan dengan penyerahan yang benar pasti tidak melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kalau orang masih hidup dalam dosa berarti dia tidak percaya.
Memang, kita masih bisa meleset (Yun. hamartia), tetapi kita harus menyelesaikan, mengakui dan menyadari masih ada potensi salah di dalam diri kita juga tidak mengulanginya lagi. Meminta ampun bukan hanya atas perbuatan salah yang sudah dilakukan, tetapi juga minta ampun atas potensi atau dorongan dosa yang masih ada. Ini dosa yang mendatangkan maut kalau tidak diselesaikan.
Orang yang tidak berurusan dengan Tuhan berarti dia tidak ber-Tuhan, sekalipun dia pergi ke gereja. Karena dia menjadi Kristen hanya saat di gereja dan percaya seperti itu adalah percaya palsu. Sebab orang yang percaya kepada Tuhan itu menyerahkan dirinya, dan di dalam penyerahan diri itu bukan saja menerima apa yang Tuhan izinkan kita alami dalam hidup, melainkan juga menerima kehendak-Nya.
Mengikuti yang Tuhan inginkan dan tidak mengikuti apa yang kita inginkan. Ironis, banyak orang yang jangankan melakukan, mau mengerti saja tidak.
Sejatinya, Tuhan akan membuat hidup kita “dihabisi” untuk melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi rencana-Nya. Jika demikian, barulah orang itu memiliki Tuhan dan bisa berkata “Rinduku pada-Mu dapat memandang wajah-Mu Tuhan. Rinduku ku pulang melayani-Mu selamanya.
” Kita harus sudah bisa mengalami hal ini, khususnya kita yang sudah mendekati harus pulang. Kita bisa merindukan Tuhan kalau hidup kita sudah habis, sudah selesai di hadapan Tuhan. Jadi, inilah rahasianya: orang tidak mungkin bisa memercayai Tuhan dengan benar kalau hidupnya tidak benar, karena Tuhan tidak bisa dimanipulasi.
Orang yang berlindung atau bergantung kepada Tuhan dengan benar dan memiliki keteduhan di hadapan Allah adalah orang yang hidupnya bersih.
Kita harus berani berkata, “Aku memutuskan untuk pulang, sebab dunia bukan rumahku. Walaupun aku masih punya selera di dalam daging, selera dalam jiwaku, namun aku memilih untuk tidak menikmati apa pun selain menikmati Tuhan.” Kita harus berani mengambil keputusan itu. Sebab tidak ada jalan untuk hidup di dalam kelimpahan selain ini.
1 Timotius 6:8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”
Kita harus sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Tidak mungkin kita tidak dipelihara Tuhan; dan orang-orang yang kita kasihi.
Percaya berarti menyerahkan diri; menyerahkan diri berarti hidup di dalam penurutan, sampai pada tingkat kehilangan diri kita sehingga kita hidup di dalam Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Tidak bisa kita hidup terpisah dari Tuhan. Saat kita mohon kehadiran Tuhan di dalam hidup kita, dalam masalah kita, yang penting bukan supaya masalah itu selesai, tetapi masalah itu membuahkan hikmat, marifat, pengertian, kedewasaan rohani.
Maka, jangan mengharapkan kebahagiaan apa pun dari dunia. Kekayaan di atas segala kekayaan itu Tuhan. Betapa mengerikan, banyak orang akan menyesal di ujung maut ketika sudah tidak ada waktu lagi untuk mencari Tuhan.
Kalau sejak di bumi kita tidak menghormati Tuhan, tidak menganggap Dia bernilai, maka kita pasti tidak bisa menghargai dan menganggap Tuhan bernilai di kekekalan dalam sekejap. Menghargai Tuhan dan menganggap Tuhan bernilai itu haruslah satu sikap yang permanen di dalam hidup kita.
Tuhan berkata, “Carilah Aku, maka kamu akan menemukan Aku.” Kita tidak bisa memiliki Tuhan sementara tangan yang lain kita menggenggam dunia. Padahal kalau kita menggenggam Tuhan, Dia lebih kuat dari nuklir, Dia punya segala kuasa. Percayalah, Dia bisa menjamin hidup kita. Memiliki Tuhan berarti memiliki segalanya.
Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua