“Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dengan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.” Matius 28:19
“Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku sampai ke ujung bumi.” Kisah Para Rasul 1:8
Semua kita tahu bahwa bangsa Israel adalah umat pilihan, dari atau secara darah daging, karena mereka keturunan Abraham. Sedangkan kita adalah umat pilihan secara iman. Betapa jauh berbedanya umat pilihan secara darah daging, dengan kita umat pilihan secara iman.
Bangsa Israel adalah umat yang berpusat kepada diri mereka sebagai bangsa yang mereka banggakan sebagai umat pilihan. Tentu mereka berpusat pula pada negeri yang Allah janjikan, yaitu tanah Kanaan.
Mereka masih “egosentris.” Mereka tidak memedulikan bangsa lain, kecuali kalau ada orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, mereka harus terima sesuai dengan Taurat yang tertulis di dalam Kitab Taurat mereka. Walaupun ada desain, ada rencana Allah di balik pemilihan mereka sebagai umat pilihan tersebut, yaitu dari bangsa itu akan dilahirkan Mesias.
Berbeda dengan kita yang berprinsip Teosentris. Kita tidak mengenal tanah perjanjian di bumi ini. Kita tidak perlu bangga sebagai orang Kristen, karena kita bukan “akusentris” yang berpusat pada nation, tetapi berpusat pada Kristus Tuhan, dan Allah Bapa sebagai pusat kita.
Kita harus memikirkan bangsa-bangsa lain. Kita tidak pernah bangga bahwa kita adalah umat pilihan, sehingga kita berpusat pada diri sendiri. Kita berpusat pada Kristus; teosentris. Berpusat pada Allah, yang memikirkan bangsa-bangsa lain.
Itulah sebabnya di dalam Amanat Agung Tuhan Yesus di Matius 28:18-20, Tuhan memberikan Amanat Agung, “Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku.” Dan juga dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku sampai ke ujung bumi.”
Kalau bangsa Israel berpusat pada tanah Kanaan, kepada kita dikenakan status “Kamu bukan berasal dari dunia ini.” Berarti, kita tidak memiliki proyeksi atas dunia ini sama sekali. Ini yang akan sulit diterima oleh orang Kristen yang duniawi.
Ingat, apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus ketika ada orang berkata, “Tuhan, aku akan ikut Engkau ke mana pun Kau pergi,” Tuhan Yesus berkata kepada orang itu di dalam Lukas 9:58, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Pernyataan Tuhan Yesus ini sebagai reaksi dari apa yang dikatakan oleh seseorang yang menyatakan mau ikut Tuhan. Tuhan Yesus tidak berkata “boleh” atau “tidak boleh.”
Di balik kata “boleh” atau perkenanan Tuhan bagi orang itu dalam mengikuti Yesus, orang itu harus mengerti bahwa mengikut Yesus berarti harus mengenakan cara hidup-Nya yang berprinsip: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Banyak orang sudah telanjur menyerap dan mengenakan cara hidup manusia di sekitarnya. Namun, di dalam kemurahan Tuhan yang begitu besar dan kesabaran Tuhan yang begitu tinggi, Tuhan masih memberi kita kesempatan. Memang ada ketakutan juga di dalam hati kita, apakah orang bisa mengikuti jalan ini?
Tetapi kita tidak perlu dan tidak boleh peduli orang mau ikut atau tidak; yang penting kita ikut Tuhan, ikut jalan-Nya.
Kita sebagai umat pilihan, sentralnya adalah Tuhan, maka seluruh cara hidup kita haruslah cara hidup yang Tuhan Yesus telah kenakan. Betapa sulitnya untuk bisa menemukan inti, jiwa, nafas, esensi dari hidup Tuhan Yesus di dalam hidup kita, dalam pergumulan konkret kita hari ini.
Tetapi pasti Roh Kudus akan menuntun bagaimana kita dapat mengenakan nafas, jiwa dari kehidupan Yesus. Sehingga kita memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, “Hidup yang kuhidupi di dalam daging, adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi aku, dan telah menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Kita harus mengerti maksud dan jalan Tuhan, yaitu kita harus membawa jiwa-jiwa ke dalam Kerajaan-Nya. Tidak boleh pergi sendiri. Walaupun sebagian besar kita belum bisa diajak memikirkan orang lain, karena masih selalu memikirkan diri sendiri.
Di sini Iblis sering mencoba untuk membuat kita gagal fokus. Hanyut, tenggelam dengan banyak fokus. Setan itu jahat sekali. Tetapi kita tidak boleh terpengaruh, terganggu oleh banyak masalah yang terjadi dalam hidup kita.
Rencana Allah besar, bagaimana menyelamatkan manusia sehingga bisa masuk ke negeri yang Allah janjikan: langit baru bumi baru, dan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Itu rencana yang jauh lebih besar dari masalah bisnis kita dipulihkan, sakit disembuhkan; lebih dari segalanya. Kalau kita mengerti hal itu dengan benar, berarti kita mengasihi jiwa kita dengan benar pula.
Seseorang dikatakan mengasihi jiwanya dengan cara yang benar ketika ia tidak memusingkan pakaian, apa yang dimakan dan diminum, dan apa pun, karena prinsipnya adalah: “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Tidak salah kita berjuang untuk menyelesaikan hidup ekonomi kita, tetapi hendaknya itu tidak menyeret kita sehingga kita gagal fokus.
Fokus kita adalah bagaimana kita menyelamatkan jiwa dengan benar, menjadi manusia yang diselamatkan sesuai rancangan Allah, yaitu dikembalikan kepada manusia yang memiliki kemuliaan Allah, dan membawa orang lain juga untuk menemukan kemuliaan Allah yang tidak mereka miliki. Ini yang harus menjadi proyek kita.
Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua