Shalom ✝️
Renungan Harian TRUTH
Minggu, 30 April 2023
Pernahkah kita berpikir bahwa kita harus “berdandan” setiap saat di hadapan Tuhan? Pernahkah kita sungguh-sungguh memperkarakan, apakah di hadapan Tuhan, kita didapati cantik, berbau harum, dan menyenangkan hati Dia?
Jangan anggap sepele hal ini, karena ini menyangkut nasib kekal kita. Firman Tuhan mengatakan, “Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu, setiap orang, menurut perbuatannya.” (Why. 2:23).
Di dalam Yeremia 11:20 firman Tuhan mengatakan, “TUHAN semesta alam yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati.”
Yeremia 17:10 mengatakan, “Aku, TUHAN yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Jujur, kita sering tidak atau kurang menghormati Tuhan. Kalau seseorang menghormati orang lain, ketika menghadap orang tersebut, dia berdandan. Pada zaman Nehemia, ada hukum kalau menghadap raja dengan muka muram, bisa dihukum mati; karena di hadapan raja, harus bersikap pantas atau bersikap santun.
Berdandan di hadapan Tuhan, bukan waktu-waktu tertentu, melainkan setiap saat, setiap waktu. Itu tergantung dari keputusan dan pilihan kita.
Kalau seseorang mengasihi Tuhan, sungguh-sungguh ingin menyenangkan hati Tuhan, maka ia mendorong dirinya untuk berdandan setiap saat di hadapan Tuhan.
Tuhan tidak menuntut apa yang tidak bisa kita lakukan. Setiap anak Allah memiliki umur rohani yang berbeda-beda; kecantikannya juga berbeda-beda; Tetapi mestinya semakin berumur, kita semakin indah.
“Berdandan” bukan hanya berkeadaan tidak melakukan kesalahan. Asumsi banyak orang “Asal tidak melakukan dosa atau kesalahan, maka dipandang indah.” Ketahuilah bahwa yang Tuhan nilai itu batin kita.
Kalau di dalam batin ada potensi untuk berbuat dosa, untuk sombong, untuk sewenang-wenang terhadap orang lain, dan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan standar kesucian Allah, maka wajah kita buruk.
Harus ada kesungguhan untuk memeriksa diri. Kita pasti tahu—bagi yang mau tahu, bagi yang serius mau berhias di hadapan Allah—potensi untuk sombong, membenci orang, bersungut-sungut, dan lain sebagainya.
Ketika kita melakukan kesalahan, yang kita selesaikan bukan hanya perbuatan salah itu, yang tentu diakui di hadapan Tuhan dan kita minta ampun, tetapi kita harus membuka mata kita untuk melihat kenyataan bahwa di dalam diri kita ada potensi melakukan kesalahan.
Hal ini kita lakukan supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kesucian itu bukan hanya keadaan tidak berbuat dosa, melainkan keadaan tidak bisa berbuat dosa. Hal itu bisa terjadi kalau potensi dosa di dalam diri kita kenali, lalu kita gumuli. Setelah kita gumuli, nanti ada ujian.
Apakah masih bisa membuahkan perbuatan dosa atau tidak. Orang-orang yang disayang Tuhan sering dibawa kepada keadaan-keadaan yang sulit; keadaan yang membuat ia dipermalukan, dihina, direndahkan, tersakiti, baik secara fisik maupun mental.
Semua itu sebenarnya untuk menggarap potensi kesalahan yang bisa muncul; menggarap potensi dosa dalam diri kita. Potensi itulah dosa yang mendatangkan maut.
Semua dosa bisa diselesaikan, dan Tuhan Yesus telah menyelesaikannya di kayu salib. Tetapi, dosa yang tidak diampuni adalah dosa yang tidak diselesaikan; dan itu adalah kodrat dosa kita.
Banyak orang menyelesaikan buah dari kodrat dosanya, tetapi tidak menyelesaikan kodrat dosanya. Dibutuhkan kejujuran dan memperkarakannya dengan Tuhan.
Kita bisa menangisi diri sendiri atas potensi dosa yang masih ada. Dan kalau suatu hari melahirkan perbuatan salah, itu sangat menyakitkan kita.
Saat kita melakukan satu kesalahan dan kita sadar, maka sekecil apa pun kesalahan itu, kita harus melihat sumbernya. Sumbernya itu di dalam hati kita.
Kalau pemazmur berkata di Mazmur 139:23, “Selidikilah aku, ya Allah, kenallah hatiku,” ini keadaan batin yang belum membuahkan perbuatan. “Ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”
Ini terkait dengan dosa yang mendatangkan maut. Kalau kita hanya minta ampun atas kesalahan, tetapi kita tidak menyelesaikan sumber kesalahan, itulah dosa yang mendatangkan maut.
Surga tidak akan dimasuki orang-orang yang masih memiliki potensi dosa. Kalau orang yang masih memiliki potensi dosa masuk surga, akan ada pencurian barang di surga. ada perzinaan, perkelahian, karena belum diselesaikan.
Tidak sedikit orang yang goresan masa lalunya menghiasi wajahnya. Orang yang kalau sudah disentuh masalah tertentu, bangkit emosinya, timbul pahitnya.
Tuhan mau kita berproses. Makin tua, mestinya makin cantik. Walaupun cantik masing-masing orang tentu berbeda-beda, tetapi seharusnya setiap kita mencapai tingkat kecantikan sesuai dengan umur rohani.
Tuhan mau melihat hidup kita ini indah di mata-Nya. Kita bisa berdandan di dalam pimpinan Roh Kudus. Maka, mutlak harus ada waktu menghadap Tuhan. Menghadap Tuhan bukan hanya menyampaikan permintaan-permintaan, tetapi untuk didandani Tuhan.
Jikalau ada sesuatu yang salah, kita mengakui kesalahan itu. Bukan hanya sekadar mengakuinya, melainkan juga berusaha menggumuli dan memperbaiki potensi dosa; kecenderungan-kecenderungan yang ada di hati, yang tidak sesuai dengan kemurnian hati Tuhan, sehingga kita memiliki kesucian, kekudusan hidup
BANYAK ORANG MENYELESAIKAN DOSA, YAITU BUAH DARI KODRAT DOSANYA, TETAPI TIDAK MENYELESAIKAN KODRAT DOSA DI DALAM DIRINYA.
Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua