Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
Jika manusia tidak menghargai hal yang kekal sebagai sesuatu yang nyata, hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya bukti kebenaran tetapi karena mereka tidak perduli dengan kebenaran.
7 MEI
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Matius 16:26
Di dalam perkara duniawi, manusia memperhatikan peluang-peluang mereka dan dengan hati-hati mengembangkannya sebelum peluang itu berlalu.
Petani secara seksama membajak lahannya dan menanam benih pada setiap musim yang tepat.
Ketika tiba musim panen, ia tidak akan membuang-buang waktu, atau panen akan segera gagal.
Betapa cermat dan tajam mata para pedagang yang meningkatkan setiap peluang demi memperkaya dirinya!
Betapa sigap manusia menanggapi peringatan bahaya yang mengancam harta benda mereka yang fana!
Oh, bagaimana mereka mengatur diri begitu rupa demi menghindari ancaman bencana!
Tetapi jika kita memperhatikan bagaimana sikap manusia pada umumnya terhadap hal-hal yang padanya dia menggantungkan kebahagiaan kekalnya, alangkah besar perbedaannya.
Dalam hal-hal rohani, kita melihat betapa dingin, pasif, dan tidak acuhnya kebanyakan orang.
Betapa langka orang berhikmat di antara begitu banyak manusia! Betapa amat diperlukan nasihat dan teguran berulang-ulang demi menjaga hati dari keterlelapan!
Betapa banyak alasan-alasan keberatan yang dibuat!
Oh betapa kesulitan-kesulitan begitu dibesar-besarkan, dan begitu cepat memengaruhi pikiran!
Alangkah tidak acuhnya manusia untuk meningkatkan waktu bagi urusan rohani, dan kesejahtera mereka di dunia mendatang!
Betapa sulitnya meyakinkan manusia tentang ketidakpastian hidup dan segala kenikmatan dunia!
Kita memliki petunjuk yang limpah untuk menuntun kita hidup selaras di jalan yang benar dan adil.
Firman Allah tersedia dengan limpahnya di hadapan kita.
Alkitab disesuaikan dengan daya nalar manusia, demi mencerahkan pikiran manusia.
Kita memiliki jauh lebih banyak sarana demi menolong kita menjadi bijaksana dalam perkara yang kekal daripada yang sementara.
Jika manusia tidak menghargai hal yang kekal sebagai sesuatu yang nyata, hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya bukti kebenaran.
Penyebabnya adalah sikap ketidakpedulian terhadap pentingnya kebenaran yang telah dimanifestasikan dengan bukti paling jelas.
Jonathan Edwards, Works, I:158-159.