Shalom ✝️
Renungan Harian TRUTH
Rabu, 17 Mei 2023
Ketika kita hidup dalam kekudusan setiap hari, dalam penghayatan akan kehadiran Allah, itulah Kristen yang benar. Itu tujuan menjadi umat pilihan. Jadi, betapa naifnya kalau orang merasa sudah menjadi Kristen hanya karena ke gereja, atau aktif dalam kegiatan.
Dan kegiatan itu memberi nilai pada dirinya, apakah sebagai aktivis, pelayan jemaat, atau pendeta. Jangan tertipu oleh konsep yang salah tersebut. Ironisnya, ini sudah berlangsung selama puluhan, bahkan ratusan tahun.
Banyak orang Kristen sesat, sebenarnya, mereka merasa Kristen karena ke gereja. Lalu gereja dibuat semacam liturgi, seremonial yang agung, yang khidmat. Pendeta diberi pakaian yang khusus, dan mimbar dihiasi begitu rupa.
Mengatakan begini bukan berarti kalau pendeta pakai pakaian khusus, itu salah. Tetapi itu tidak atau bukan nilai utama. Bukan juga karena khidmatnya lagu penyembahan atau hingar-bingar lagu pujian, bukan di situ.
Ibadah kita adalah perbuatan baik kita yang tak bercacat tak bercela. Itu yang namanya menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kita harus melakukan pembaruan pikiran, cara berpikir yang benar.
Jadi kalau Alkitab berkata “Berdoa tiada berkeputusan,” itu bukan berarti kita masuk ruangan doa terus berlutut, tiada henti selama 3, 4, 5, 6, 7 jam. Bukan begitu. Tidak salah, berdoa beberapa jam. “Berdoa tiada berkeputusan” artinya, setiap saat kita selalu ada di hadapan Tuhan; 24 jam sehari.
Maka, tidak ada kehidupan yang lebih indah dari kehidupan seseorang yang menghayati kehadiran Allah. Selalu ada di hadirat Tuhan.
Sebab ketika seseorang hidup di hadirat Tuhan, ia termotivasi untuk hidup tak bercacat tak bercela, membangun ibadah yang benar, menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Aspek lainnya, keindahan dunia menjadi pudar di mata kita; segala sesuatu yang di sekitar kita, menjadi gugur di hadapan Tuhan.
Inilah yang Tuhan kehendaki. Menyembah itu dalam bahasa aslinya proskuneo, artinya memberi nilai tinggi Tuhan. Kapan? Setiap saat. Cara kita memandang hidup, cara kita memandang dunia, cara kita memandang segala sesuatu, itu sikap menyembah.
Sikap menyembah bukan hanya 5-10 menit waktu menyanyi. Bukan seperti satu titik, melainkan garis yang terus berkesinambungan.
Hayati Tuhan di mana pun kita berada. Jaga perasaan dan pikiran kita, jangan sembarangan. Jaga mulut, jangan ada kata yang sia-sia. Jaga perilaku. Tidak ada kesombongan yang terselubung, tidak ada ketidaktulusan.
Semua harus bersih. Baru kita bisa mengerti apa artinya bersekutu dengan Tuhan. Dan kita belajar dari waktu ke waktu. Mungkin ada di antara kita yang merasa nyaris terlambat. Tetapi puji Tuhan, kita tidak terlambat sekali. Masih ada kesempatan.
Ciri orang yang hidup dalam penyembahan yang benar, dalam roh dan kebenaran, yang selalu hidup di hadirat Allah adalah:
Yang pertama, kesucian lahir batin. Yang kedua, akan memiliki kepedulian terhadap sesama. Ketika orang hidup dalam kesucian, berjalan dengan Tuhan, dia pasti mendapat impartasi dari Tuhan; spirit Tuhan dipindahkan. Pasti dia memiliki beban terhadap sesama. Dia ingin orang lain juga mengalami apa yang dia alami. Jadi bukan sekadar membawa orang ke gereja supaya menambah jumlah anggota gereja.
Apalagi kalau orang itu dari non-Kristen, lebih bangga lagi. Untuk apa? Kita harus menjadi berkat bukan hanya orang menjadi Kristen atau anggota gereja, melainkan mengubah hidupnya menjadi seperti kita hidup. Kita menampilkan model, prototipe kehidupan anak-anak Allah. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Pergilah jadikan semua bangsa murid-Ku.”
Sebenarnya di mana pun kita berada, secara otomatis kita menggarami. Kehidupan kita memancarkan model dari ibadah yang benar; menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Namun, jangan berpikir bahwa “Setelah kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, kita tidak perlu ke gereja lagi.” Itu salah.
Ke gereja itu mutlak. Sebab, di gereja itulah kita bertemu dengan saudara seiman. Kita bisa sharing atau berbagi. Paling tidak, kita punya persekutuan-persekutuan kecil untuk bisa mempraktikkan kasih. Betapa senangnya Tuhan kalau melihat anak-anak Allah menyelenggarakan hidup sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya.
Dengan demikian, sebenarnya hanya orang yang mengenakan kehidupan Kristus yang disebut sebagai penyembah-penyembah yang benar.
Kata “menyembah” dalam bahasa Ibraninya adalah sachah, artinya menundukkan diri atau tunduk. Kalau di Israel, menundukkan diri itu bisa meletakkan kepala di antara dua kakinya yang ditekuk, berlutut, menundukkan kepala, tetapi juga ada yang menundukkan badan 45 derajat.
Biasanya untuk Tuhan, hidungnya mencium tanah di antara dua lututnya. Maka, orang yang menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, pasti hidupnya sepanjang waktu dalam ketertundukan dengan Allah.
Tidak mungkin ibadah yang benar dilakukan tanpa kasih dan cinta. Jadi, yang namanya menyembah Tuhan adalah hidup di dalam kesucian dengan hati mencintai Tuhan. Maka, kesucian hidup itu bukan sekadar sebagai kewajiban, tetapi kebutuhan. Ini orang-orang yang menjadi kesukaan Tuhan.
Orang yang menyembah Allah dalam roh dan kebenaran bukan hanya pergi ke gereja mengikuti liturgi, tetapi seluruh hidupnya adalah sebuah ibadah yang tiada henti.
HANYA ORANG YANG MENGENAKAN KEHIDUPAN KRISTUS YANG DISEBUT SEBAGAI PENYEMBAH YANG BENAR.
Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua