Renungan Harian TRUTH
Rabu,15 Maret 2023
Kita harus selalu mempertanyakan kepada diri kita, apa yang paling menarik dan memikat hidup kita? Koreksi atau introspeksi ini harus kita lakukan setiap saat, bukan hanya setiap hari. Apa yang menarik hati atau paling memikat hati kita? Apa yang paling mempesona hati kita, seperti magnet yang menarik kita? Mengapa kita harus memperkarakan atau mempersoalkan hal ini? Sebab, cara inilah yang dapat membuat kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan dan membuat kita bisa tetap fokus kepada Tuhan. Sebab, Iblis dalam kelicikannya menawarkan berbagai paket kesenangan atau objek-objek yang dapat memikat atau mempesona hati kita. Kalau kita tidak berhati-hati, tidak waspada, maka kita tidak berjaga-jaga, sehingga kita bisa ditelikung; disesatkan dan dibodohi. Kita bisa gagal fokus dan akhirnya terseret ke dalam jalan kegelapan.
Kalau Alkitab berkata, “Sadarlah dan berjaga-jagalah, lawanmu si Iblis berjalan keliling, sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8)
Kesadaran dan sikap berjaga-jaga ini bukan pada waktu-waktu tertentu. Kalau pada waktu-waktu tertentu saja, bisa berbahaya karena Iblis tidak pernah mengenal berhenti, tidak pernah mengenal lelah. 24 jam waktu kita adalah 24 jam perjuangan dalam medan peperangan, melawan kuasa-kuasa gelap yang menawarkan berbagai keindahan. Pada musim tinju, misalnya seseorang bisa fokus hanya kepada tinju. Apalagi kalau sudah mencengkeram jiwa, seseorang bisa tidak ke gereja karena tinju. Memang tidak salah melihat pertandingan tinju, tetapi harus kita pahami kalau hal-hal yang biasa kita sediakan untuk Tuhan lalu kita pakai untuk yang lain, itu adalah bentuk ketidaksetiaan.
Orang bisa nonton bola sampai pagi, tetapi berdoa setengah jam saja tidak. Orang bisa tekun melihat pertandingan bola lewat banyak media berjam-jam, tetapi membaca Alkitab, setengah jam saja tidak. Ini menunjukkan bahwa dia tidak menghormati Tuhan. Dia mengesampingkan apa yang mestinya diutamakan. Ini menunjukkan dia tidak tertarik pada hal-hal rohani, tidak tertarik pada Tuhan. Mestinya, makin hari kita makin tidak terikat apa pun. Yang paling memikat, mempesona hati kita, harus hanyalah Tuhan, tidak ada yang lain.
Makin hari, kita harus makin mengosongkan bejana hati kita dari segala keinginan, supaya semakin melekat dengan Tuhan. Tidak ada yang memenuhi hati kita, selain Tuhan. Kita harus berani berkata,“Kebutuhanku hanya Tuhan.” Sebenarnya ukuran mana yang boleh, mana yang tidak, itu sederhana. Selama orang hidup menyenangkan hati Tuhan, pasti dia meletakkan segala sesuatu pada proporsinya. Dan ini sebenarnya yang tahu hanya Tuhan dan kita. Kalau kita minta hikmat, maka pengertian kita akan dibukakan oleh Tuhan.
Dunia semakin tidak menjanjikan. Kita tidak tahu sampai kapan dunia ini eksis. Bisa musnah, rusak oleh bencana. Entah erupsi, tsunami, gempa, dan lain-lain. Belum lagi kalau ada perang, chaos, dan lain sebagainya. Apalagi kalau kita memiliki penyakit atau sudah berumur, maka bisa kapan saja meninggal. Bukan hanya orang tua yang bisa meninggal, anak-anak muda pun dapat meninggal. Mestinya kita setiap saat mengoreksi, mengevaluasi diri, apa yang paling memikat hidup kita. Awas, hati-hati. Iblis seperti singa yang mengaum, yang berjalan keliling untuk menerkam siapa yang bisa ditelannya. Jadi, tidak ada pengecualian, siapa pun dapat diterkam. Jemaat, aktivis, pendeta, ketua sinode, siapa pun bisa diterkam. Karenanya, kita harus terus mengoreksi, mengevaluasi diri kalau-kalau ada sesuatu yang salah di dalam diri kita, yang mengikat hati kita.
Mungkin hal ini dianggap ekstrem. Tetapi, untuk menyelamatkan diri kita, jangan lagi punya hobi-hobi yang tidak terkait dengan iman kristiani, yang tidak membawa kita kepada Tuhan; yang hanya memberikan kesenangan. Kecuali hobi-hobi itu terkait dengan usaha atau bisnis kita. Tetapi kalau tidak, maka tidak perlu. Kita harus melepaskan semua ikatan dunia. Kita harus berani berkata, “Hanya Engkau yang kumiliki, Tuhan. Engkau satu-satunya kesenangan dan kebahagiaanku.” Kita harus berani bersikap demikian.
Kita minta Tuhan menerangi hati kita, jika masih ada sesuatu yang memikat dan menarik kita lebih dari ketertarikan, keterikatan kita kepada Tuhan. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak membuat kita bertumbuh dalam iman, harus kita tinggalkan. Kalau kita terbawa oleh banyak kesenangan dan kesibukan yang tidak mendewasakan iman, maka kita bisa terus hanyut dalam kegelapan. Jangan sampai Iblis membuat kita menyimpang. “Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri,” begitu dikatakan dalam Yosua 1. Memang ada potensi kita menyimpang tanpa kita sadari. Karenanya, kita harus berani tegas berkata “tidak” untuk hal-hal yang tidak membuat iman kita terbangun. Pertemanan, kedekatan dengan orang-orang yang tidak takut akan Allah, harus kita batasi. Di sini sebenarnya kita belajar untuk memisahkan diri dari dunia. Memang kehendak Tuhan demikian. Mari kita periksa dengan benar-benar mengevaluasi atau mengintrospeksi diri, apa yang menarik atau memikat hati kita saat ini.
Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua