Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
Kebahagiaan kita tidak bergantung pada kelimpahan melainkan dari rasa cukup (Luk. 12:15).
6 JUNI
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah
Timotius 6:8
Marilah kita membuat diri merasa cukup dengan porsi benda-benda fana yang Allah karuniakan.
Allah adalah Allah yang berdaulat, dan kita patut merasa cukup dengan pemberian-Nya, meskipun la memberi lebih banyak kepada orang lain.
Tuan yang baik menjawab: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?… Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Mat. 20:13-15).
Apabila orang lain memperoleh penghasilan yang lebih baik dan dibuat lebih leluasa, Allah adalah Allah yang berdaulat, dan akan memberi menurut kerelaan kehendak-Nya.
Kita tidak berhak atas apa pun dan oleh karenanya segala sesuatu sepatutnya diterima dengan rasa cukup.
Jika seorang mendapat makanan atas beban biaya
orang lain, tentunya sangat tidak sopan jika ia bersungut-sungut dan tidak menyukai makanannya.
Sesungguhnya kita semua dipelihara secara gratis dan sepatutnya merasa puas dengan apa yang ada di tangan kita.
Allah di dalam hikmat-Nya memahami betul seberapa besar bagian yang terbaik bagi kita.
Sang gembalalah, dan bukan domba, yang memilih padang rumput penggembalaan.
Biarkarn Allah memberikan apa yang cocok dengan kondisi kehidupan Anda. Allah mengaruniakan porsi yang sanggup kita tanggung.
Rasa cukup itu sendiri adalah pemberian Allah dan merupakan satu berkat besar.
Tatkala pemikiran kita diserasikan dengan kondisi kita, maka berkat-berkat duniawi kita menjadi lebih manis dan lebih menghibur.
Kebahagiaan kita tidak bergantung pada kelimpahan melainkan dari rasa cukup (Luk. 12:15).
Semua kepedihan rohani bisa merupakan akibat dari perang antara diri dengan kesadaran nuraninya, atau perang antara afeksi dan kondisi hidupnya.
Ada kasih yang sama besar dalam porsi yang lebih sedikit maupun yang lebih besar.
Afeksi yang sama ditunjukkan kepada anak yang bungsu, sekalipun ia tidak mendapat tunjangan sebesar anak sulung. Sang ayah mengasihi dia juga.
Demikianlah seorang anak Allah dapat berkata, “Allah mengasihi aku, meskipun la mengaruniakan kepada orang lain lebih banyak daripada yang dikaruniakan kepadaku.”
Cukupkanlah dengan apa yang menjadi jatah Anda dalam providensi Allah yang penuh kemurahan.
Thomas Manton (1620-1677), Works, I:164-165