Mazmur 100: 1-5
Dalam merancang bangunan, kerap kali arsitek membuat “void”, yaitu area kosong yang dikonsepkan dan didefinisikan sebagai cara untuk menghubungkan interior dan eksterior.
Karena terhubung ke area kosong ini, pintu dan jendela berfungsi sebagai penghubung dan pelindung, yang dapat dibuka dan juga ditutup saat dibutuhkan. Jika dirancang dan dipasang dengan baik, juga berguna untuk menghalangi masuknya sinar matahari, hujan, angin hingga debu dengan efisien.
Pintu dan juga jendela memiliki peran yang sangat penting pada interior dan eksterior bangunan.
Kata pemazmur “Masuklah melalui pintu gerbangNya…!” (Mzm 100:4).
Kata Yesus “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yoh.10: 9).
Mazmur 100 adalah Mazmur ibadah, tepatnya Mazmur untuk korban syukur. Pada ayat 2 pemazmur mengatakan, “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!” Ibadah seharusnya adalah ibadah yang membawa sukacita, kebahagiaan.
Membayangkannya seperti seseorang yang mau mengunjungi pacar di malam minggu. Maka hari itu terasa menyenangkan. Dari pagi wajah sukacita terlihat, siul senandung lagu gembira terdengar. Ini hal yang terjadi ketika kita datang ke gereja dengan sukacita.
Perlu kita perhatikan kata sukacita dan sorak-sorai didahului dengan kata “beribadahlah kepada Tuhan…” dan “datanglah ke hadapannya…” Dua kata itu dalam bahasa aslinya menunjukkan pemahaman bahwa yang datang adalah orang yang statusnya lebih rendah.
Seperti seseorang yang datang menghadap raja atau seorang hamba datang kepada tuannya. Apakah mungkin kita menghadap Presiden Jokowi dengan gaya guyonan seorang sahabat, halo pak Presiden apa kabar? Tentu kita tidak datang dengan sembarangan! begitulah hakikat ibadah.
Perjumpaan di sini mendatangkan sukacita dan sorak sorai di hati kita, dan itu diungkapkan bukan di sini, tapi di luar sana. Itulah sebab pemazmur mengatakan: bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Perhatikan ada kata seluruh bumi di sana.
Itu berarti, sorak-sorai yang kita hayati ketika berjumpa dengan Tuhan, dilihat dan dirasakan orang-orang di sekitar kita. Sehingga semua orang juga mau bersoraksorai bersukacita memuji Tuhan yang telah menciptakan dan menggembalakan manusia. Janganlah ibadah kita justru terbalik! Di gereja kita beribadah dengan sorak-sorai gegap gempita, tapi di luar gereja kita justru sebaliknya.
Bukankah banyak orang pulang gereja dengan wajah murung? Dan membuat masyarakat sekitar terganggu? Kalau di rumah istri atau suami atau anak baik, itu akan terlihat dalam keseharian.
Istri yang baik membuat suaminya memakai baju rapi. Suami yang baik membuat istrinya berwajah ceria. Anak yang baik akan membuat orangtuanya penuh semangat.
Kalau Tuhan kita baik, itu akan terlihat dalam hidup kita. Kita akan mengisi hari-hari kita dengan penuh sukacita karena Tuhan setia dalam pemeliharaan-Nya. Amin. Selamat hari Minggu
Pdt. Nikson Simangunsong, S.th
HKBP CIBITUNG RESORT SOLA GRACIA CIBITUNG DISTRIK XIX