Kelu

Kerohanian463 Views
Spread the love

Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
Tatkala penderitaan menyergap kita, kita akan mengeluh dan bersungut-sungut dan memberontak sampai kita melihat bahwa Allah-lah yang berdaulat untuk hal tersebut.

22 MEI

Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.
Mazmur 39:10

Daud memandang melewati “penyebab kedua,” dan langsung ke “penyebab pertama,” dan membungkam mulutnya.

Memandang Allah di saat menderita, tidak dapat disangkal sangatlah efektif untuk meneduh kan hati, dan membungkam mulut orang yang hatinya dilembutkan.

Jiwa wajib bertindak demikian saat dilanda penderitaan besar dan providensi yang paling menyesakkan.
Ini merupakan kekeluan yang bijak dan kudus.

Kelu karena melihat Allah dan mengakui Dia sebagai sumber semua kesulitan kita:
TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil” (Ayb. 1:21).

Jika Ayub tidak melihat Allah (sebagai penyebab pertama)di dalam kesengsaraannya, ia tentu akan berteriak:
“Aduh, orang-orang Kasdim jahanam ini, mereka telah menjarah dan merampok aku!”

Ayub dengan bijak telah membedakan perintah Allah atas tangan orang Kasdim, dan ia menutup mulut dengan tangannya.

Harun, yang memandang tangan Allah dalam hal
kematian anak-anaknya yang tidak wajar, memperoleh kedamaian (Im. 10:3).

Pandangan kepada Allah dalam pukulan yang menyesakkan ini merupakan kekang bagi pikiran dan mulutnya.

Yusuf telah melihat tangan Allah dalam hal penjualan dirinya ke Mesir oleh saudara-saudaranya (Kej. 45:8).

Manusia yang tidak melihat Allah di dalam kesulitan akan dengan mudah jatuh ke dalam sikap merajuk.

Hati mereka cepat memanas, dan ketika emosi mereka memuncak, mereka akan mulai menjadi lancang, dan tidak segan-segan serta-merta berkata kepada Allah bahwa mereka pantas menjadi marah (Yun 4:8-9)

Mereka yang melihat tangan Allah di balik kesengsaraan mereka akan seperti Daud, menaruh tangan mereka untuk membungkam mulut mereka (2 Sam. 16:11-12).

Jika tangan Allah tidak terlihat, hati menjadi gusar dan berkecamuk di bawah himpitan penderitaan.

Harun melihat kedaulatan Allah, dan hal itu menjadikannya kelu. Ayub melihat kemegahan Allah, dan ia diteduhkan.

Imam Eli melihat otoritas Allah, dan hal itu membuatnya membisu (1 Sam. 3:11, 18).

Tatkala penderitaan menyergap kita, kita akan mengeluh dan bersungut-sungut dan memberontak sampal kita melihat bahwa Allah-lah yang memukul.

Kita waijib memandang Dia sebagai Raja di atas segala raja, dan Tuhan di atas segala tuan, dan merendahkan diri di bawah keperkasaan tangan-Nya yang mahamulia.

Thomas Brooks (1608-1680), Works, I:294-300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *