Ivermectin, obat yang lagi naik daun dimasa Covid-19. Artikel ini untuk menjawab banyak komentar dan pertanyaan tentang Ivermectin yang berseliweran di beranda saya.
- Sejarah Ivermectin.
Ivermectin ditemukan oleh William. C. Campbell dan Satoshi Omura, dan kemudian di lepas untuk dipasarkan ke publik tahun 1981.1 Ini link untuk membaca asal-usul Ivermectin: https://www.nature.com/articles/nature.2015.18507 - Bagaimana Ivermectin yang antiparasit bisa digunakan sebagai antivirus?
Saat ini, Ivermectin secara resmi hanya diperbolehkan sebagai pengobatan anti parasit. Dalam perjalanannya, ivermectin diduga punya potensi sebagai anti virus juga. Beberapa penelitian-penelitian in-vitro telah dilakukan untuk mengetahui potensi anti virus ivermectin terhadap penyakit dengue, Zika atau pseudorabies dll.2,3 Jadi, tidak tiba-tiba tanpa alasan peneliti-peneliti menggunakan ivermectin sebagai antivirus.
Artikel dibawah ini ada ringkasan penelitian in vitro Ivermectin:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7539925/ - Siapa yang pernah membaca penelitian klinis Ivermectin?
Ada 46 negara yang sudah melakukan penelitian dengan Ivermectin dan melaporkan hasil penelitiannya di jurnal internasional, antar lain tetangga kita Thailand dan Singapura. Penelitian-penelitian klinisnya ada yang sudah sampai tahap 4. Yang perlu dipertimbangkan dari penelitian-penelitian klinis ini antara lain kecilnya jumlah partisipan (ada yang hanya 100 orang, ada juga yang 4000 peserta), kriteria partisipan yang diikutkan dalam penelitian juga berbeda, kombinasi obat yang digunakan antar negara berbeda-beda dll.
Ini link artikel yang melakukan review sistematis terhadap penelitian-penelitian klinis dari berbagai negara tsb, disertai dengan simulasi AI dan molekular.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7778723/
Saat ini sedang berjalan penelitian klinis PRINCIPLE yang dilakukan oleh Universitas Oxford UK. Sangat menarik untuk ditunggu bagaimana hasil dari penelitian klinis ini. Ini website resmi untuk penelitian klinis PRINCIPLE https://www.principletrial.org/
- Bagaimana mekanisme kerja Ivermectin?
Dari mekanisme kerjanya, Ivermectin diduga menghambat nuclear import dari protein RNA virus SARS-COV2 dan menganggu keseimbangan ion pada membran virus. Nuclear import merupakan tahapan penting dalam replikasi gen virus, sehingga dengan menghambat tahapan ini, diharapkan replikasi virus bisa terhambat. Kemudian, keseimbangan ion yang terganggu juga akan mengakibatkan membran virus tidak lagi terjaga keutuhannya dan terganggu fungsinya, untuk kemudian diharapkan virusnya mati. - Efek sampingnya berbahaya.
Di dunia Farmasi, semua obat keras/narkotika/psikotropika hanya boleh di berikan pada pasien dengan resep dokter, untuk mencegah kesalahan dosis dan pemakaian dan supaya bisa dimonitor efek samping/efek yang tidak dikehendaki bila terjadi. Semua obat ada efek samping. Mungkin yang harus di tegakkan lebih disiplin di Indonesia adalah bagaimana supaya obat-obat kategori keras ini hanya boleh di berikan oleh tenaga kesehatan profesional, bukan diperjual belikan bebas. - Bagaimana selanjutnya?
Kalau kita baca artikel yang saya berikan diatas, bila hasil penelitian membuktikan Ivermectin efektif untuk SARS COV-2, maka kemungkinan langkah selanjutnya adalah mendisain supaya Ivermectin dapat diberikan secara inhalasi (dengan dihirup), bukan oral (melalui mulut) karena kadar Ivermectin yang diberikan secara oral ketersediaan dalam tubuh (bioavailabilitas)nya rendah. Karena rendahnya bioavailabilitasnya inilah, mengapa dosis Ivermectin yang diperlukan jadi sangat tinggi. Jadi sepertinya peneliti-peneliti akan membuat obat ini untuk langsung bekerja disasaran yaitu saluran nafas dan paru-paru. Gambar dibawah adalah struktur kimia Ivermectin dengan 5 fungsi farmakologinya.
Referensi
- https://www.nature.com/articles/nature.2015.18507
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7539925/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7175902/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7778723/